BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) -Diskusi Publik yang dihelat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakuktas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila), gagal digelar di kampus kebanggaan maayarakat Lampung itu. Diskusi Publik menatap Indonesia Maju “Tantangan Masa Depan Global dan Middle Income Trap,” yang menghadirkan Rocky Gerung tersebut akhirnya pindah ke Gedung Seba Guna (GSG) Pahoman, Kota Bandar Lampung.
Gubernur BEM FEB Unila M. Reza Pratama mengungkapkan kekecewannya terhadap kebijakan kampus yang melarang diskusi publik itu.
“Kalau kami sangat merasa kecewa, karena hak dan kewajiban kami yang seharusnya bisa memakai ide-ide kreatif dan gagasan kami,” ujar Reza saat dijumpai di GSG Pahoman, Kamis, 14 September 2023.
Menurutnya, menghadirkan seorang pengamat politik Indonesia bernama Rocky Gerung berdiskusi di kampusnya adalah hal yang diingin-inginkan oleh para aktivis kampus. Bahkan, kalangan mahasiswa akademisi kampus.
Namun, hal tersebut disambut oleh pihak kampus dengan tidak menyetujui adanya diskusi publik tersebut, lantaran Dekan FEB Prof. Dr. Nairobi, S.E., M.Si. telah dipanggil oleh Rektor Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng., untuk membatalkannya.
“Dengan alasan tidak menjaga kekondusifan, tidak memiliki izin keramaian, dengan alasan begini begitu. Ada beberapa UKM-UKM dan Ormawa-oru
mawa yang mengadakan kegiatan-kegiatan yang membawa beberapa alasan itu, kenapa dengan adanya diskusi ini tidak diizinkan,” ucapnya.
Reza dan rekan-rekan mahasiswa Unila lainnya turut mengundang beberapa narasumber dalam diskusi tersebut. Selaini Rocky Gerung, diundang pula Saut Situmorang (wakil ketua KPK 2015-2019), Habil Marati (politisi), dan Anthony Budiawan (ahli ekonomi dan politik).
Reza mengutarakan bahwa kebijakan kampus tidak mengizinkan diskusi ini adalah satu bentuk menciderai nalar kritis mahasiswa Unila, baik semua mahasiswa yang ada di Provinsi Lampung.
Padahal, diskusi ini tidak ada unsur-unsur politik 2024. Hanya, Rocky Gerung seperti yang kita ketahui adalah sosok pengamat politik Indonesia yang kritis.(hen)