BANDAR LAMPUNG (KANDIDAT) – TikTok Shop, platform e-commerce yang menjadi tren di kalangan masyarakat, mengejutkan banyak pihak dengan pengumuman penutupannya. Keputusan ini telah memicu berbagai reaksi di kalangan pedagang offline di pasar tradisional di Kota Bandar Lampung.
Untuk diketahui, TikTok Shop mulai beroperasi pada tahun 2020.Banyak pedagang offline mengandalkan platform ini untuk mengembangkan bisnis mereka. Kini, pedagang justru khawatir dengan keberlangsungngan bisnis dan masa depan mereka.
“Kami telah menjalankan bisnis kami dengan sukses di TikTok Shop selama beberapa tahun terakhir. Penutupan platform ini benar-benar membuat kami merasa terjebak. Kami harus mencari alternatif secepat mungkin,” ucap Ibu Lina, pedagang di Pasar Bambu Kuning, Jalan Imam Bonjol Kota Bandar Lampung, kepada Harian Kandidat, Sabtu, 30 September 2023.
Selama berjualan di online, Lina sudah lama berjualan secara offline. Dia mengatakan hanya mengikuti tren digital.
Dia juga berjualan online tersebut dari buatannya sendiri seperti kain-kain, pakaian dan lain-lain.
“Saya jualan dari hasil saya sendiri, buatan saya sendiri tidak mengambil barang-barang dari Jakarta sana, itu yang bikin rusak harga pasar kami yang offline juga,” ujar Lina.
Hal yang sama disampaikan Lina adalah suatu keuntungan yang duoble juga lantaran dirinya berjualan offline dan online. Namun, usaha online hanya berlaku promosi saja sekarang.
“Padahal jualan online juga sangat menguntungkan bagi yang jualan offline, tetapi apa boleh buat oleh orang-orang yang menyalahgunakan TIKTOK SHOP itu sendiri menjadi hujatan Banyak orang. Karena harganya jauh lebih miring,” katanya.
Pendapat serupa diungkapkan oleh konsumen di Ramayana Tanjung Karang Jalan Raden Intan, Kota Bandar Lampung, Darma. Ia mengakui bahwa TikTok Shop memberikan akses yang lebih mudah ke pelanggan dan membantu mereka memperluas jangkauan bisnis mereka.
Namun, Pemerintah tidak memberikan pernyataan resmi mengenai alasannya penutupan Tiktol Shop, selain hanya akibat harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga di lokasi langsung.
“Seharusnya, diberikan keringanan dan tahap-tahapan untuk berjualan secara online dari pemerintah agar balance offline dan online-nya,” ujar Darma.
Berbeda dengan penuturan Ibu Cut, pedagang baju di pinggir Jalan Imam Bonjol. Dirinya menyebutkan bahwa semenjak adanya online, para pedagang kesepian pembeli dirukonya, termasuk dirinya sendiri.
“Alhamdulillah, hari ini dari awal buka belum ada yang membeli barang dagangan saya. Sudah banyak saingan di sini, ditambah juga ada jualan online. Sekarang apa-apa harus online,” tutur Cut yang sedang memunggu pembeli.
Cut sudah lama berjualan, sejak tahun 1990-an. Berawal di sekitar Pasar Bambu kuning. Cut mengaku dirinya tidak bisa memahami tentang berjualan secara online. (hen)