HARIANKANDIDAT.CO.ID - Tragedi Penembakan yang menewaskan AKP Anumerta Lusiyanto masih menyisakan luka mendalam. Almarhum dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, religius, dan dekat dengan warga. Meski menjabat sebagai Kapolsek, ia tetap menjalani hidup sederhana bersama istri dan putrinya.
Lusiyanto lahir di OKU Timur, Sumatera Selatan, pada 5 Juni 1972. Ia lulus dari pendidikan Bintara Polri pada 1993, dan meniti karier di berbagai wilayah seperti Lampung Barat, Kota Agung, dan Pringsewu. Pada 2023, ia dipercaya menjadi Kapolsek Tanggamus, lalu menjabat sebagai Kapolsek Negara Batin sejak 2024 hingga akhir hayatnya.
Rumahnya sederhana, terletak di gang sempit tanpa pagar mewah. Tetangganya menyebut, ia mengendarai motor tua dan selalu rendah hati.
“Orangnya tidak pernah sombong. Motor saja masih yang lama, tapi beliau suka bantu orang secara diam-diam,” kata Wati, tetangga almarhum.
Warga yang mengenalnya juga membantah keras tuduhan adanya keterlibatan dalam praktik ilegal.
“Itu tidak masuk akal. Beliau orang masjid, sering ngaji, bahkan kalau ada kegiatan sosial selalu hadir. Tuduhan itu hanya upaya pembelaan saja,” jelas Romly, warga lainnya.
Bagi warga dan keluarga, Lusiyanto bukan sekadar aparat, tapi teladan yang menunjukkan bahwa integritas dan ketulusan bisa berjalan beriringan. Ia meninggalkan warisan moral, bukan hanya jabatan.
