BEM PTNU Jalin Silaturahmi dengan Marga Keratuan Menangsi

Redaksi - Minggu, 07 Sep 2025 - 21:41 WIB
BEM PTNU Jalin Silaturahmi dengan Marga Keratuan Menangsi
Silaturahmi BEM PTNU Lampung ke Marga Keratuan Menangsi: Bukan sekadar pertemuan, tapi langkah merawat sejarah & budaya Lampung. - Dokumen
Advertisements

HARIANKANDIDAT.CO.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) Wilayah Lampung melakukan kunjungan silaturahmi ke Marga Keratuan Menangsi, salah satu marga adat yang berada di Desa Taman Baru, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan.

Acara berlangsung di rumah adat Marga Keratuan Menangsi dan disambut hangat oleh Pangeran Cahya Marga selaku Sai Batin Marga Keratuan Menangsi, bersama perangkat adat, segekhi suku paksi, bahatur, punggawa, perwakilan Pemerintah Desa Taman Baru, Kepala Desa Taman Baru Azhari gelar Batin Galih, serta tokoh pemuda setempat.

Dalam sambutannya, Koordinator Wilayah BEM PTNU Lampung, Sabila, menyampaikan terima kasih kepada masyarakat adat Marga Keratuan Menangsi, Pemerintah Desa Taman Baru, dan tokoh pemuda yang telah menerima kedatangan mereka dengan penuh kehangatan. Menurutnya, silaturahmi ini bukan hanya sekadar pertemuan, tetapi menjadi langkah awal untuk memperdalam pemahaman tentang adat istiadat, sejarah, dan budaya Lampung.

Pada sesi dialog, BEM PTNU menjelaskan bahwa kepengurusan wilayah Lampung baru terbentuk secara mandiri setelah sebelumnya masih berada dalam satu kepengurusan se-Sumatra.

Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh para tokoh adat untuk memaparkan sejarah singkat Marga Keratuan Menangsi yang berasal dari Keratuan Balaw (kini berlokasi di Kedamaian, Bandar Lampung) sebelum bermukim di Desa Taman Baru, Penengahan, Lampung Selatan.

Dalam pemaparan singkat disebutkan bahwa Marga Keratuan Menangsi memiliki banyak peninggalan sejarah, antara lain makam keramat Ratu Menangsi, puluhan makam leluhur yang tersebar hingga kaki Gunung Rajabasa, serta benteng-benteng peninggalan masa Keratuan Menangsi seperti Benteng Raja Gipih, Benteng Kenali, Benteng Kedagaan, dan Benteng Merambung.

Saat ini, Benteng Raja Gipih telah menjadi pemukiman warga, sementara benteng lainnya masih terlihat dalam bentuk galangan tanah yang membentang di beberapa titik sekitar kaki Gunung Rajabasa.

Selain itu, terdapat pula situs Batu Alip, Batu Petapaan, Batu Aceh, dan sejumlah artefak bersejarah berupa keris, tombak, pedang, dan badik yang hingga kini masih dijaga kelestariannya secara turun-temurun oleh masyarakat adat.

Kegiatan silaturahmi ini juga dihadiri oleh beberapa perwakilan Pengurus Nasional BEM PTNU, yang turut memberikan pandangan tentang pentingnya membangun sinergi antara mahasiswa dan masyarakat adat.

Di akhir sesi dialog, BEM PTNU Wilayah Lampung bersama Pengurus Nasional BEM PTNU mendapat cenderamata berupa dua buku Catatan Sejarah Singkat/Selayang Pandang Marga Keratuan Menangsi dan buku Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah yang diserahkan langsung oleh Pangeran Cahya Marga Sai Batin Marga Keratuan Menangsi.

Pemberian buku sejarah ini memiliki filosofi mendalam, menjadi simbol bahwa sejarah dan identitas adat tidak pernah berhenti pada satu titik, melainkan senantiasa hidup, berkembang, dan harus dilanjutkan oleh generasi muda.

BEM PTNU sebagai representasi mahasiswa diharapkan menjadi bagian dari proses penyempurnaan penulisan sejarah tersebut bukan hanya sebagai pembaca, tetapi juga sebagai pengemban amanah untuk menggali, merawat, dan menyebarluaskan kearifan lokal.

Dengan demikian, pemberian buku ini bukan sekadar cenderamata, melainkan pesan simbolik bahwa sejarah Lampung adalah tugas kolektif yang belum tuntas, dan mahasiswa harus turut menuliskannya agar tidak hilang ditelan zaman.

Pangeran Cahya Marga, selaku Sai Batin Marga Keratuan Menangsi, dalam sambutannya mengapresiasi kedatangan BEM PTNU Wilayah Lampung. Beliau menegaskan bahwa keterlibatan generasi muda dalam memahami adat, budaya, dan sejarah merupakan bekal penting untuk menjaga kelestarian identitas Lampung di tengah arus perkembangan zaman.

Momentum silaturahmi ini juga menjadi ruang penyelarasan program kerja BEM PTNU Wilayah Lampung, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan. Melalui Koordinator Isu Pendidikan dan Budaya, BEM PTNU menegaskan komitmennya untuk menghadirkan program yang memperkuat literasi sejarah, merawat tradisi, serta menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal Lampung.

Setelah sesi dialog, rombongan BEM PTNU melanjutkan ziarah ke makam Ratu Menangsi di Dusun Taman Saka, Desa Padan, Kecamatan Penengahan, yang berada di kaki Gunung Rajabasa. Agenda kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke situs Batu Alip sebagaimana dipaparkan dalam diskusi. Rangkaian kegiatan ditutup dengan refleksi dan diskusi santai di wisata alam Way Tebing Ceppa, pemandian mata air alami yang juga terletak di Desa Taman Baru dan wilayah adat Marga Keratuan Menangsi.

Ke depan, BEM PTNU bersama masyarakat adat dan kalangan akademisi berencana menyusun dan meneliti bukti-bukti sejarah yang ada. Selain untuk memperkuat literasi, upaya ini diharapkan dapat mengarah pada pengusulan situs-situs peninggalan terindikasi cagar budaya. Harapan masyarakat adat, peninggalan sejarah tersebut mendapat perlindungan hukum dan legitimasi dari pemerintah daerah maupun negara. Dengan demikian, hal ini akan menjadi manifestasi besar dalam menjaga warisan untuk generasi mendatang.

(Red) 

Advertisements
Share:
Editor: Redaksi
Source: Redaksi

BACA JUGA

Advertisements
© 2024 Hariankandidat.co.id. All Right Reserved.