HARIANKANDIDAT.CO.ID — Kasus meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa Universitas Lampung (Unila) usai mengikuti pendidikan dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam (Mahapel) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mulai menemukan titik terang, Meski adanya perbedaan pendapat antara Dirkrimum Polda Lampung dan Forensik RS Bhayangkara.
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Lampung resmi mengumumkan hasil ekshumasi yang telah dilakukan terhadap jenazah almarhum. Dalam konferensi pers yang digelar di koridor gedung Ditreskrimum Polda Lampung, Selasa (7/10), hadir pula dr. I Putu Suwartama Wiguna dari tim forensik Mitra RS Bhayangkara yang terlibat langsung dalam proses tersebut.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung Kombes Indra Hermawan mengungkapkan, fakta baru korban dalam dugaan kekerasan saat Diksar Mahapel tidak hanya satu orang.
“Korban dalam perkara ini tidak hanya almarhum Pratama. Ada juga beberapa peserta lain yang mengalami kekerasan,” ungkap Indra.
Menurut Indra, penyidikan bermula dari laporan sang ibu, Wirnawani, pada 3 Juni 2025. Sejak itu, tim penyidik telah memeriksa 52 orang saksi mulai dari pelapor, peserta diksar, panitia pelaksana, 28 alumni Mahapel, hingga tenaga medis yang sempat menangani almarhum.
Penyidik juga melakukan ekshumasi jenazah pada 30 Juni 2025 dan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada 2 September 2025.
Hasil penyidikan, kata Indra, semakin memperkuat adanya indikasi kekerasan atau penganiayaan secara bersama-sama selama kegiatan berlangsung.
“Bukti lapangan, keterangan saksi, dan hasil pemeriksaan ahli menunjukkan adanya dugaan kuat tindakan kekerasan selama Diksar,” tegasnya.
Meski begitu, sambung Indra, penyidik belum berhenti di situ. Saat ini, Polda Lampung melakukan konfrontasi terhadap lima peserta Diksar untuk memperjelas peran masing-masing.
“Kami akan konfrontir lima peserta untuk mengetahui siapa yang berbuat apa. Setelah itu, penyidik akan meminta pendapat ahli pidana dan gelar perkara untuk menetapkan tersangka. Berkasnya akan segera dilimpahkan ke jaksa,” ucapnya
Sementara, hasil tim forensik membawa warna lain, Dokter Forensik I Putu Suwartama Wiguna mengungkapkan, berdasarkan pemeriksaan, penyebab utama kematian Pratama adalah tumor otak jenis oligodendroglioma, sebuah tumor primer langka pada sel saraf otak.
“Kami menemukan adanya tumor otak yang menjadi penyebab paling signifikan meninggalnya almarhum. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik karena peristiwa sudah cukup lama, hanya bekas tindakan medis seperti infus dan selang di kepala,” tutupnya.
(Edi)