HARIANKANDIDAT.CO.ID - Yayasan Masyarakat Hayati Indonesia (YMHI) mengungkapkan bahwa kondisi global usaha pertanian ubi kayu/singkong sedang mengalami penurunan, dan tren ke depannya diperkirakan tidak akan terlalu baik.
Direktur YMHI, Almuhery, menjelaskan bahwa di Lampung, terdapat ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dan jumlah pabrik pengolahan singkong, yang menjadi salah satu dampak dari usaha pertanian tersebut.
"Untuk mendorong investasi dan meningkatkan lapangan kerja, kami berharap Bapak Gubernur Lampung dapat membuat kebijakan terobosan untuk mengalihkan usaha pertanian ke kebun tebu, dengan jaminan pasokan tebu," ujar Almuhery dalam wawancara dengan media pada Rabu (02/04).
Menurutnya, hal ini akan menarik minat investasi pabrik gula baru, yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung.
"Dengan luas lahan perkebunan Singkong yang mencapai 500.000 ha, jika melalui kebijakan Gubernur untuk mengkonversi 300.000 ha lahan menjadi kebun tebu, ini dapat menarik investasi untuk pembangunan 25-30 pabrik gula baru," jelas Almuhery.
Dia juga menyampaikan bahwa harapan lainnya dari konversi tanaman ini adalah meningkatnya harga Singkong industri akibat berkurangnya luas lahan kebun singkong.
Dengan kata lain, kebijakan konversi ini diharapkan dapat menyelesaikan tiga masalah yang ada.
"Secara khusus, Gubernur diharapkan dapat memberikan insentif khusus kepada pabrik gula besar, baik yang ada di Lampung maupun di luar Lampung, agar mereka dapat melakukan ekspansi investasi," tambahnya.
Untuk mendukung peralihan atau konversi tanaman ini, YMHI Lampung, yang sebagian besar anggotanya berlatar belakang agronomi, siap mendampingi proses usaha tani tebu tersebut.
"Semoga hal ini dapat menjadi pertimbangan khusus bagi Bapak Gubernur Rahmat Mirzani Djausal, ST., MM., dalam upaya meningkatkan investasi dan kesejahteraan petani," pungkasnya. (Gung)